One Snapshot

     Pagi yang cerah, awal yang indah bagi anak-anak sekolah, karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang dari tahun 2022 hingga 2023, tak terasa semester ganjil telah terlewati. 
     Bagi kelas enam ada moment yang mereka tunggu-tunggu yaitu outing class atau yang biasa kita sebut dengan tour. 
Bel berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai, anak-anak beranjak memasuki kelasnya masing-masing, suara terdengar riuh dari luar, seperti biasa anak-anak sedang asyik menceritakan liburannya, di tengah-tengah keriuhan aku pun datang memasuki ruang kelas, hening sejenak ketika menjawab salam. Aku hendak meminta para siswa membuka LKS, tiba-tiba siswa paling belakang yang bernama Badrul menyeletuk "Bu kapan kita tour? Kemarin ibu bilang setelah liburan semester" Sahut Tio "Iya bu, nanti kita keburu puasa terus ujian"
Suasana kelas pun kembali ramai sehingga pelajaran pun tak bisa dilaksanakan dengan tenang, akhirnya aku pun pasrah, lalu ku bertanya "Baik anak-anak, kalian mau tour kemana?"
Hampir semuanya menjawab "Yang jauh bu" 
"Yang ada wahananya bu" Imbuh Yesi
"Iya bu biar seru" Timbal Ani
"Oke nanti Ibu rapatkan dulu dengan para guru dan orang tua kalian" Jawabku menenangkan. 
     Tak terasa bel istirahat pun berbunyi, anak-anak keluar berhamburan dengan begitu senang. Aku pun beranjak menuju kantor untuk istirahat sejenak dan minum teh hangat. "Huuhh akhirnya aku bisa melepas dahaga" Batinku
"Mba Aya tadi kelas 6 kenapa kok ribut sekali?" Tanya pak kepala sekolah. 
"Mba" Itulah panggilan ku ketika di kantor, karena aku guru paling muda dan belum menikah. 
"Oh itu tadi anak-anak ribut ngajak tour Pak" Jawabku sambil ngebatin (Aku baru sadar kalau suara anak-anak sampai terdengar ke ruang kepala sekolah) 
"Ya sudah hayuk kita segera agendakan saja" Sahut Bu Rini
"Anak-anak tadi minta yang ada wahana nya" Aku menjelaskan 
Pak Giant pun berpendapat "Gimana kalau kita ke Jatim Park 2, anak-anak pasti senang karena ada wahananya" 
"Emang tidak kejauhan Pak?" Tanya bu Eri
"Ya kita coba aja dulu hitung biayanya habis berapa mulai dari bus dan tiketnya, coba pak Yono hubungi armada nya, kira-kira berapa habisnya biaya, adakan nomor armada nya?" Tanya Pak Giant
"Oh ada Pak, coba saya hubungi dulu ya"
"Ya sudah biar dihubungi aja dulu, kita bahas nanti lagi, ayo masuk kelas aja dulu" Ajak Pak Giant.
     Pelajaran pun dimulai, aku meminta anak-anak agar tenang dalam mengikuti pelajaran. Cuaca semakin panas, konsentrasi  pun mulai buyar. Jam pelajaran akan segera usai, anak-anak bergegas merapikan bukunya ke dalam tas. 
"Oke anak-anak kita akan pulang lebih awal karena guru-guru akan mengadakan rapat untuk membahas tour kalian"
"Horeee" Anak-anak berteriak kegirangan. 
Aku segera bergegas menuju ke kantor untuk menghilangkan penat sejenak, sebelum rapat dimulai. 
    Cukup panjang rapat kali ini dan tentunya menguras tenaga dan pikiran, karena semua ada perhitungannya, akhirnya guru-guru pun sepakat untuk mengadakan tour ke Jatim Park 2, tetapi ini semua belum final karena harus dirapatkan dulu dengan wali murid. 
     Keesokan harinya aku membagikan undangan kepada anak-anak untuk disampaikan kepada orang tuanya agar menghadiri musyawarah dalam rangka pembahasan tour. 
"Kita jadinya tour kemana bu?" Tanya Adit
"InsyaAllah kita akan tour ke Jatim Park 2" Jawabku
"Horeee" Sorak anak-anak penuh kebahagiaan
"Eits jangan senang dulu karena belum tentu orang tua kalian setuju"
"Yah bu, pokoknya nanti aku mau bilang ke ibu ku biar setuju" Ucap Reno. 
"Okey kita tunggu keputusannya hari sabtu ya"

    Cuaca sedikit mendung, angin bertiup kencang menyapu jalanan, disahut dengan gerimis kecil-kecil, walaupun keadaan cuaca yang kurang mendukung tak sedikitpun menghalangi semangat para wali murid untuk datang mengikuti musyawarah. Anak-anak kelas enam menunggu di luar, sebagian ada yang mencoba menguping lewat celah pintu dan jendela, berharap orang tuanya setuju dengan kesepakatan yang ditawarkan oleh guru-guru. 
     Musyawarah pun sedikit tegang dan memanas, ada beberapa perdebatan antara wali satu dengan lainnya, ada yang setuju dan ada yang tidak, akhirnya untuk mengurangi biaya harus ada beberapa point yang dihilangkan, seperti obat, snack doorprize, dan yang lainnya termasuk bus, busnya pun harus diganti dengan bus yang isinya 40 kursi. Setelah semuanya jelas dan biaya bisa berkurang wali murid pun menyetujui dan keputusan akhirnya ialah tour ke Jatim Park 2. Anak-anak yang mendengar hasil musyawarah mengabari temannya bahwa kita tetap jadi tour ke Jatim Park 2. Setelah semuanya deal dan jelas pak Yono mengabari Bironya agar ia datang ke sekolahan untuk membahas kelanjutannya dan untuk memberi DP. Biro itu pun menyanggupi akan ke sekolahan hari senin.

      Hari senin pun tiba, di jam istirahat ketika aku akan melangkah masuk ke kantor, aku mendengar ada suara tamu di dalam. "Oh ternyata itu bironya" Batinku. 
Aku diminta untuk membuat teh hangat untuk dia, karena pak Yono sedang ada urusan di luar. Aku segera beranjak ke dapur dan setelah jadi aku suguhkan dihadapannya. Ketika aku akan menurunkan tehnya dari baki, tanpa sengaja kita saling tatap, dan aku segera pergi dari situ, terdengar samar-samar ucapan darinya "terimakasih" Saat aku melangkahkan kaki, tanpa aku jawab aku langsung pergi meninggalkannya ke dapur untuk menaruh baki. Usai itu aku kembali lagi ke kantor, dan mendengar percakapan yang terjadi. 
    Dipenghujung istirahat ia meminta undur diri, karena pembahasan sudah clear. Sebelum ia berpamitan bu Nisa menyelutak "Yon Dion kamu itu pekerja keras, uangmu pasti sudah terkumpul banyak, cepetan cari cewek lah, nunggu apalagi, masak iya mau jomblo terus, biar ada yang ngurusi kamu loh"
"Hehee do'akan saja bu" Sambil bersalaman kepada guru-guru. 
"Oh ternyata namanya Dion" Batinku. 
     Jadi agenda tour akan dilaksanakan pada tanggal 22 Januari bertepatan dengan hari minggu, kita semua sepakat mengambil tanggal itu karena pada tanggal 23 pun tanggal merah, sehingga anak-anak setelah tour nantinya bisa istirahat dulu. 

     Hari yang ditunggu akhirnya tiba, anak-anak dikumpulkan terlebih dahulu sebelum pulang sekolah untuk pembagian seragam dan pengumuman apa saja yang harus dibawa saat tour. Untuk tour kita akan berangkat pagi-pagi sekali yaitu jam 3. 
Aku hendak mengundurkan diri, karena berangkatnya terlalu pagi, aku takut perut ku rewel entah kembung atau mules, dan bus yang isi 40 itu tidak ada toilet nya, tapi untuk menjaga kekompakan guru apapun yang terjadi pada diriku, aku tetap ikut karena harus mendampingi anak-anak. 
Di tengah kegaduhan sayup-sayup aku mendengar suara bu Nisa sekilas ia berkata kepada bu Nia "Kayaknya nanti Dion bakal ikut dampingi"
Entah karena apa tiba-tiba aku merasa senang mendengar Dion akan ikut, aku pun menepis perasaan ku sendiri, entah sebenarnya apa yang terjadi dalam diri ini, aku malah membayangkan jika nanti diperjalanan aku akan berkenalan dengannya. 
      Malam hari sebelum tidur aku beberes apa saja yang hendak aku bawa, setelah usai aku malah tidak bisa tidur, pikiran ku terasa penuh dengan masalah akhir-akhir ini, ya orang bilang sih katanya aku kurang komunikasi dengan calon ku itu, yaps memang benar itu yang aku rasakan, aku merasa sendirian, tidak ada tempat berbagi, ya walaupun kita ketemu sesekali justru dia yang mendominasi obrolan, sehingga aku tak bisa menyampaikan apa yang aku rasakan, dan aku merasa sudah capek dengan ini semua, karena apa yang aku katakan dan apa yang aku pinta tak pernah terlaksana. Ya mungkin ini ujiannya sebelum nikah, tapi aku keberatan menanggung beban ini sendirian, badai di luar terlalu berat untuk ku, dan aku butuh dia yang menguatkan, eh dianya malah sibuk terus dengan urusannya sendiri. Dia selalu memintaku untuk mengerti keadaannya, tapi ia tak pernah mengerti bagaimana rasanya menunggu. Tak terasa air mata ini jatuh membuat genangan di atas bantal, aku tak tau harus bagaimana. Aku putuskan mengambil wudhu dan istikharah untuk meminta yang terbaik kepada-Nya. Setelah itu aku bisa tidur dengan tenang. 

                               *****

Kriiing kriiing kriiing
     Alarm berbunyi kencang, aku segera bangun dan cuci muka karena hawa yang begitu dingin aku tak berani untuk mandi. 
Ketika aku sedang memakai jilbab tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu rumah ku, ternyata dia calon ku yang akan mengantarkan aku ke tempat titik kumpul yaitu sekolahan. Aku dibonceng olehnya, dalam perjalan mulut ini rasanya kelu untuk berkata-kata, entah karena masih ngantuk/ karena malas ngomong, hingga akhirnya ia yang membuka percakapan. "Nanti kalau masih ngantuk tidur aja lagi"
"Iya kalau bisa tidur" Jawabku singkat. 
Sesampainya di sekolahan anak-anak sudah banyak yang kumpul sambil ditunggu orang tuanya. Waktu telah menunjukkan jam 3 tepat, bus terlambat 15 menit, ketika memasuki bus ternyata setelan jamnya berbeda, menurut supirnya ia datang tepat waktu, tapi lain bagi kita yang menunggu. 
     Suara anak-anak begitu ramai di dalam bus, ada yang sedang ngobrol, ada yang bercanda, ada juga yang sudah membuka jajanan padahal bus saja belum berjalan. 
"Tes-tes" Suara Dion memecah suasana
"Hello selamat pagi anak-anak, sehat semua ya, tetap ceria dan semangat. Sebelumnya perkenalkan saya yang akan mendampingi perjalanan kalian, saya Dion dan ini teman saya Ari, satu lagi pak supir yang bernama pak Yuda"
Jelas terdengar suara khasnya yang cempreng, aku tidak begitu jelas melihat dia, karena posisiku ada di kursi belakang, aku cukup bahagia walaupun hanya mendengar suaranya. 
     Rasanya mataku masih ngantuk karena semalam tidak bisa tidur, aku berniat untuk tidur kembali, tapi entah kenapa pikiran ku ramai sekali mengalahkan ramainya suara anak-anak. Hawa pagi ini begitu dingin, ditambah lagi dengan gerimis kecil. Perutku sudah mulai rewel, ku tahan sampai waktu subuh tiba. 
    Sesampainya di tempat peristirahatan aku langsung menuju toilet, dan sekalian mengambil wudhu untuk sholat subuh, ketika aku hendak melepas sepatu di batas suci, aku melihat Dion lewat usai melaksanakan sholat, entah apa yang aku rasakan, rasanya lega sekali melihatnya. Dia tak menyadari jika aku mengamatinya. 
     Usai melaksanakan sholat, para guru dan siswa sibuk sendiri-sendiri untuk mandi. Setelah itu kita bertemu di titik kumpul di rumah makan yang sudah dipesan. Aku mengambil tempat di pinggiran dekat jendela yang menghadap ke perbukitan, sejuk sekali rasanya menghirup udara pagi ini, tapi tak sesejuk pikiran ku. Makanku kurang selera karena rasanya hambar, sehambar hidup ku. 
     Aku menoleh ke meja samping, ternyata Dion ada di situ sedang ngobrol dengan guru lain, sambil menghisap rokoknya dengan nikmat, mataku hampir bertatapan buru-buru aku memalingkan wajahku. 
    Matahari semakin meninggi, cahayanya menerobos melalui celah-celah jendela, ku dapati kehangatan dari sinarnya. 
"Bu kapan kita berangkatnya? Aku mau jajan dulu ya bu?" Tanya salah seorang siswa. 
"Nanti saja jajannya kalau mau pulang, sebentar lagi kita akan berangkat, panggil teman-teman mu segera siap-siap masuk ke bus lagi" Perintah Bu Nia
"Baik bu"
     Anak-anak beranjak menuju bus, bapak ibu guru mengecek satu persatu, dikhawatirkan ada anak yang tertinggal. Bus berjalan dengan santai, anak-anak asyik karaokean, hingga tak terasa kita sudah sampai tujuan. 
    Aku melihat Dion turun dari bus menuju loket dan mengurusi pembayaran tiket masuk. Disusul dengan anak-anak turun dengan tergesa-gesa. Dion pun menyerahkan tiket kepada bapak kepala sekolah untuk dipasangkan di pergelangan tangan. Anak-anak baris rapih, guru lain pun membantu memasangkan tiket yang telah diberikan. Sebelum masuk seperti biasanya kita take photo terlebih dahulu untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. 
     Dion memimpin kita masuk ke dalam, sambil mengarahkan. Pertama kita memasuki area Batu secret zoo yang mana di dalamnya terdapat berbagai macam hewan seperti Savannah, Aquarium, reptile garden, nocturnal house, baby zoo, museum satwa, dan masih banyak lagi. Sampai-sampai kita lupa mendokumentasikan moment perjalanan. 
     Aku berjalan paling belakang, dengan langkah santai karena ingin menikmati pemandangannya dan ingin mengabadikan moment, tapi apalah daya mereka jalannya cepat sekali. 
"Eh kita belum foto, ayo foto bareng" Ajak bu Nia
"Ayo" Timbal bu Nisa
Kebetulan Dion lewat. 
"Eh mas tolong fotokan kita dong" Pinta bu Nisa
"Oh iya bu sini saya fotokan" Jawabannya
Usai foto bareng, aku ingin foto sendiri, eh tapi malah ditinggal sendirian, untung Dion belum jauh jaraknya dariku. 
Ku panggil dia "Mas tolong fotokan aku bentar aja" Pintaku seperti memohon
"Iya bu sini"
"Eh bentar mas, aku pilihin angel nya dulu (sambil mengambil posisi yang bagus) ini mas coba disini, bagus kan?"
"Iya bu, 1..2..3..." Ia memberi aba-aba
Mataku beradu pandang dengannya, ada rasa canggung diantara kita, tapi aku tak menghiraukan. 
"Satu kali lagi ya mas, apa mau foto bareng aku" Candaku untuk mencairkan suasana. 
"Gimana fotonya, gak ada orang yang bisa motoin"
"Ya udah kita selfi aja sih"
Cekrik suara kamera terdengar di telinga. 
"Boomerang yuk" Pintanya. 
"Boleh" Kataku.
     Kita pun berjalan berdua, dan tertinggal jauh dari rombongan. Aku sedikit kikuk karena bingung untuk memulai bicara dengannya. 
"Kita santai aja ya jalannya, sambil kenalan, tenang gak gak bakal hilang kok, kan ada aku" Gombalnya
"Aku udah tau nama kamu kok, yee"
"Tapi kan aku belum tau namamu siapa bu, kayaknya guru baru deh ya"
"Baru apanya orang aku udah ada setengah tahun kok"
"Ya kan belum lama, aku baru tau ini loh, kamu ada kan pas kemarin aku ke sekolahan"
"Iya ada, aku loh tau kamu, yang buatin minum siapa coba kalau bukan aku"
"Hmm pantes manis kayak orangnya"
"Ish apa sih gombal mulu, dasar buaya"
"Buk Aya itu kan nama kamu"
"Ibu apaan, aku belum ibu-ibu, orang belum nikah dipanggil ibu"
"Bentar-bentar kayaknya kamu bukan asli Jawa deh?" Tanyanya.
"Emang bukan, aku dari Sunda, tepatnya dari Bogor"
"Kok bisa tinggal disini, ikut suami?" Tanyanya penasaran
"Dibilang belum nikah kok ngeyel ya, anaknya siapa sih kamu, ampun dah, aku ini masih seumuran mba Anjas bedanya dia udah nikah aku belum"
"Masa iya, kalau gitu aku boleh kan ke rumah mu"
"Mau ngapain? Beli bahan kue apa mau beli jus"
"Ya bukan gitu maksudku"
"Yakan aku jualan itu"
"Kamu tau sendiri lah seusia kita itu udah ga saatnya main-main, aku mau satu yang serius"
Kami pun bercerita sepanjang jalan mulai dari hoby, pekerjaan, dan keseharian. Saking asyiknya bercerita kita kehilangan rombongan. 
     Aku pun membatin "Ternyata Dion asyik orangnya, akhirnya aku bisa kenalan juga, apa yang aku bayangkan menjadi kenyataan"
"Eh kemana nih kita, mereka udah jauh loh"
"Coba kita kesana" Sambil menunjuk ke arah River adventure
Kami pun berjalan menuju kesana. 
"Kayaknya mendingan kita tunggu sini aja (dekat kapal nabi nuh) di sana cuma lihat orang-orang naik perahu" Katanya. 
"Iyalah mending disini duduk istirahat"
"Eh gimana bolehkan aku ke rumah mu?" Tanyanya menyelidiki
"Hmm gimana yaa" Sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
Ciee ciee berduaan, sorak-sorai dari belakang ku, ternyata suara anak-anak yang hendak pergi meninggalkan tempat itu. 
    Aku mengikutinya dari belakang bersama guru lain, dan mencoba menjaga jarak dengan Dion. Dia memilih jalan duluan di depan bareng anak-anak.
    Sekarang waktunya bersenang-senang, anak cowok memilih untuk renang, sedangkan anak cewek memilih untuk bermain wahana. Dion yang menunjukkan arahnya, dia ikut mendampingi anak-anak cewek, aku berjalan di belakangnya agak jauh. Ketika semua asyik bermain wahana, dia hanya menunggu duduk dipinggiran sambil bermain hp, entah apa yang sedang ia lihat, sesekali ia mengangkat telepon entah dari siapa, samar-samar yang ku dengar ia telepon membahas urusan pekerjaannya. 
     Anak cowok dan anak cewek bertemu di titik kumpul, di masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur. Usai sholat dzuhur kita melanjutkan perjalanan ke Eco Green Park. 
     Eco Green Park adalah sebuah ekosistem yang cukup luas dimana di dalam wahana ini  terdapat taman-taman yang memiliki teknologi ekologi yang baik. Selain itu di Eco Green Park anak-anak bisa belajar mengenai bagaimana hidup berdampingan dengan alam, bukan mengesampingkan alam.
     Aku masih berjalan di belakang anak-anak. Dion melangkah dengan santai, hingga akhirnya langkahku membersamainya, guru lain tak menghiraukan. 
"Santai aja kali, kita foto-foto dulu" Ajaknya.
"Ga enak sama yang lain" 
"Iya nanti kita nyusul, mereka pasti nunggu di tempat parkir"
Aku dan dia pun berjalan jauh di belakang mereka sambil bertukar cerita. Ketika hendak sampai parkiran. 
Ia meminta padaku "Kapan-kapan kita ketemu lagi ya, agendakan ngopi"
"Iya boleh" 
"Eh minta nomor mu dong" Ku sebutkan angka perangka lalu ia tulis di handphone nya. 
"Di kasih nama siapa nih? Bunda ya? Bunda Aya terus ada emoticon nya"
"Bunda apaan"
"Iya bunda, kan aku ayahnya"
"Ih apaan sih, terserah kamu dah" Jawabku sambil pergi menuju tangga bus belakang. 
    Perjalanan pulang pun dimulai, apa yang aku pikirkan semalam hilang sejenak. Baru saja aku duduk ada sebuah pesan WA masuk dari Dion. Kami pun melanjutkan percakapan melalui via WA. Dia mengajakku untuk karaokean. Aku tidak bisa apalagi lagu dangdut aku tak pernah tau sama sekali, nyanyi pun tak pernah, ya walaupun pernah mendengar sih lagu-lagu dangdut itu, tapi dia sedikit memaksa, akhirnya kusanggupi dengan syarat dia pun harus ikut menyanyi (duet). Kita pun nyanyi bersama di saat anak-anak mulai tertidur. 
Malam semakin pekat, hawa kantuk datang melanda, tinggal beberapa orang yang masih terjaga, rasanya begitu lelah akhirnya aku terlelap juga. 
    "Tes-tes ayo bangun semuanya, sebentar lagi bus akan sampai" Suara Dion membangunkan. 
Anak-anak bangun dan langsung ramai mencari barangnya masing-masing. 
"Harap tenang anak-anak kita santai saja jangan terburu-buru, kumpulkan dulu nyawamu" Dion menenangkan. 
Sesaat kemudian
"Silahkan dicek kembali barang-barangnya sebelum turun, jangan sampai ada yang ketinggalan, tetap santai tidak usah buru-buru"
Anak-anak turun bus berdesakan, aku memilih turu belakangan saja. Sesampainya di bawah aku menunggu jemputan di pinggiran sekolah. Hampir 15 menit aku menunggu, tapi belum kunjung datang. 
"Mba Aya aku antar gimana?"
"Hmm kamunya gak apa-apa?"
"Gak apa-apa, ayo loh"
"Ya udah ayo kalau kamu gak keberatan"
Dion mengambil motor di parkiran. Suara motor RX King nya memecah keheningan malam, berisik karena tidak ada kendaraan lain yang berseliweran, serasa dunia milik kita malam itu. Dion mengantarkan sampai depan rumah. 
"Makasih ya" Ucapku sambil turun dari motornya. 
"Iya sama-sama, buruan tidur aja, biar capeknya hilang"
"Iya kamu juga"
"Ya udah yaa, daah" Ucapnya sambil memutar balikkan motornya. 


....... Bersambung......... 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

One Snapshot "Part 2"